Siang itu kami pergi kepasar membeli perlengkapan sekolahku, karena sesaat lagi aku akan naik kelas 3 SD, hari itu hari libur sekolah setelah pembagian raport kemaren, nilaiku tidak begitu tinggi, namun juga tidak terlalu buruk, aku mendapat nilai aman. Wajar saja bukan sebab aku bodoh, padahal setiap malam aku belajar, mungkin karena aku hanya mengandalkan pelajaran dibuku tulis yang ku catat dari papan tulis ibu guru, tidak seperti anak-anak lain yang mudah membeli buku paket ke toko buku, dapat belajar saja untuku sudah bersukur. Aku sangat gembira akhirnya aku bisa berjalan-jalan bersama Ibu, bapak dan adiku yang masih berada dalam kandungan. Para-para lalu lalang dijalanan membuat suasana ini menjadi lebih menarik.
Sesaat kemudian kita sudah sampailah disebuah pasar, aku melihat para ibu-ibu itu mengenakan baju-baju indah, gelang, kalung dan cincin emas yang menawan nan nyentrik. Aku merasa Iba melihat ibu-bapaku yang nampak kusam dan kumal memakai kaos murahan itu ubahnya kaos kuli. Namun aku selalu bertanya pada diri sendiri mengapa malah kulihat mereka tetap bisa tersenyum, pikirku dalam benak ini?. Ahhhh aku berfikir kacau, memang Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak adalah sang motivator besar sang juara di seluruh dunia yang mengulurkan tanganya kala aku tersandung, mereka adalah orang tua terhebat sepanjang masa, maafkan aku tuhan aku tidak mensyukuri nikmatmu, aku beristigfar, sang ustadz juga selalu mengajarku untuk beristigfar saat-saat kami lupa bersukur. Keadaan membuat cara berfikirku lebih dewasa dari usiaku yang 6.5 tahun dan duduk di kelas 2 SD ini. Setelah berapa lama kami berjalan mencari keperluan sekolahku, terdapat seorang wanita separuh baya yang duduk tersimpu dengan kaleng rombengnya di sebuah jamban toko, beliau berkata..
(“Buuu,,Saya sangat butuh uang, ,,tolong bantu saya bu !!“)
Tetapi aku sungguh tak percaya akan apa yang baru saja kusaksikan, taku duga Ibu memberikan sedikit uangnya dan memasukanya kedalam keleng rombeng wanita itu,
(“Maaf Bu, Saya cuman bisa kasih sedikit. Semoga membantu ya bu…”)
bukankah ibu sangat membutuhkan uang itu? Aku bertanya dalam hati kecilku. Bapaku tidak banyak bicara, ya mungkin hanya sesekali berbicara dengan ibuku.
(“Nang, kamu mau jajan makanan apah?” .. )
Lalu ibu menawariku untuk membeli jajanan, aku berfikir sejenak, kemudian karena menyukai pedas, aku minta saja ibu membelikan rumbah (makanan sejenis gado-gado) ,
(“Aku ingin rumbah itu bu?”)
kemudian Ibu membelikan rumbah itu dan setelah semua urusan di pasar selesai, kami hendak ke parkiran becak untuk pulang, namun dijalan tak sengaja aku melihat temanku dibelikan banyak barang mainan seperti Gimbot, Spatu roda, DVD dll oleh ayahnya aku sedikit kesal menatapnya dari kejauhan. Lalu bapaku menatapku sembari memegang pundaku, beliau berkata.
(“Jangan iri nang, Kamu memang terlahir dari kluarga sederhana, Kamu sendiri yang akan membuat keluarga ini jadi bahagia dan sejahtera…!!”)
Aku berkedip, lalu kami bergegas, aku berjalan menunduk melihat persis ujung kedua kakiku dan aku merenung, mengapa setiap kali aku merasa rendah, aku selalu melihat semangat dari ibu dan bapaku sementara aku tau mereka telah berjuang keras untuku, mereka itu lemah tetapi mengapa mereka itu tidak pernah menyerah dan mengambil keputusan lain, padahal seandainya aku tidak sekolah mungkin beban mereka berkurang.
Tak lama kemudian kami sampai diparkiran dan bergegas pulang. Sepenanjung jalan, Bapak bertemu dengan teman-temanya dan ngobrol-ngobrol ringan beberapa saat, mereka terlihat cukup dekat. Lalu, ketika kami sampai di kampung Ciberen yaitu kampung yang menghubungkan pasar dan kampungku, aku melihat seorang anak kecil sebayaku sedang mengucapkan salam di emperan-emperan warung dan kemudian menyanyi diiringi kencringan tutup limun, lalu tuan rumah memasukan receh ke kantong plastiknya sungguh suram sekali kehidupanya. Karena kejadian itu, sejak saat itu aku merasa lebih beruntung dan aku bersukur terlahir di keluarga ini. Meskipun aku serba kekurangan tetapi ibu dan bapak tak pernah sekalipun menyuruhku untuk menjadi seorang pengamin seperti pemain kencrengan tutup limun itu.
Title : Mengejar Sekolah
By : Ali Blazing
By : Ali Blazing
v
Untuk Ibu,Ibu,Ibu bapaku tercinta,
Orang tua terhebat sepanjang masa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar